Kamis, 11 November 2010

contoh SAP Diet Diabetes melitus

SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Bahasan
1. Topik :Diet
2. Sub Topik :Diet pada Diabetes Melitus
3. Hari/tanggal :Senin,16 November 2009
4. Waktu :30 menit
5. Tempat :Kelurahan Gunung puyuh
6. Sasaran :Masyarakat Gunung puyuh
7. Penyuluh : Name

B. Tujuan
1. Tujuan umun
setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit masyarakat mampu memahami mengenai diet pada orang yang menderita diabetes melitus
2. Tujuan khusus
 Masyarakat mampu menjelaskan kembali mengenai pengertian dari diet pada Diabetes melitus
 Masyarakat dapat menyebutkan kembali 1 dari 2 pola diet pada penderita Diabetes melitus
 Masyarakat dapat memahami perbedaan antara diet biasa dan diet pada Diabetes melitus
C. Materi
1. Pengertian Diebetes melitus
2. Hubungan Diabetes dengan Diet dan olahraga
3. Pola diet pada penyakit Diabetes Melitus

D. Sumber materi
Basuki, 2002 dalam Soegondo. Penyuluhan Diabetes Melitus. Jakarta: FKUI. Moehyi Sjahmien. 1999. Pengaturan Makanan dan Diet untuk Penyembuhan Penyakit. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
E.Metode dan Media
1. Metode
 Ceramah
 Demontrasi
 Tanya jawab
2. Media
 Laptop
 In focus
 Bahan-bahan demontrasi

F.Tabel kegiatan
Waktu Tahap kegiatan Krgiatan penyuluhan Respon yang di harapkan dari masyarakat
5 menit pendahuluan 1. membuka acara dengan mengucapkan salam kepada masyarakat
2. memperkenalkan diri
3. mrnyampaikan topic dan tujuan penkes kepada masyarakat
4. kontrak waktu untuk kesepakatan pelaksanaan penkes dengan masyarakat 1. menjawab salam


2. memperhatikan
3. mendengarkan penyuluh menyampaikan topik dan tujuan
4. mrnyrtujui kesepakatan waktu pelaksanaan penkes
20 menit Kegiatan inti 1. mengenali kemampuan masyarakat mengenai materi yang akan di sampaikan
2. memberikan penjelasan tentang materi yang akan di berikan
3. memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ber tanya
4. melakukan evaluasi 1. menyampaikan pengetahuannya tentang materi penyuluhan

2. mendengarkan dan memperhatikan penyuluh

3. menanyakan hal-hal yang tidak mengerti dari materi

4. menjawab hal-hal yang ditanyakan penyuluh
5 menit Kegiatan penutup 1. menyimpulkan materi penyuluhan
2. mengklarifikasi


3. rencana tindakan lanjut


4. menutup kegiatan acara penyuluhan 1. memperhatikan

2. menyampaikan hal-hal yang perlu di klarifikasi

3. menyetujui rencana tindak lanjut

4. memperhatikan dan menjawab salam

G. Evaluasi
1. Prosedur : Post test
2. Bentuk test : Tanya jawab secara lisan
3. Butir pertanyaan :
a. Sebutkan pengertian Diet pada kencing manis
b. Sebutkan pola diet pada kencing manis
c. Sebutkan makanan apa saja yang harus di hindari penderita kencing manis







DIET PADA DIABETES MELITUS

1.1 PENGERTIAN DIABETES MELITUS
Diabetes melitus(kencing manis) adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah tinggi yang di sebabkan tidak berfungsinya hormon insulin di dalam tubuh,sedangkan diet pada kencing manis adalah mengelola penyakit kencing manis atau diabetes mellitus dengan cara melakukan diet makanan memperhatikan takaran dari sisi makanan

1.2 HUBUNGAN DM DENGAN DIET DAN OLAHRAGA Selain mengontrol kadar gula secara teratur, melakukan diet makanan dan olahraga yang teratur menjadi kunci sukses pengelolaaan diabetes(kencing manis). Dalam hal makanan misalnya, penderita diabetes harus memperhatikan takaran karbohidrat. Sebab lebih dari separuh kebutuhan energi diperoleh dari zat ini. ada dua golongan karbohidrat yakni jenis kompleks dan jenis sederhana. Yang pertama mempunyai ikatan kimiawi lebih dari satu rantai glukosa sedangkan yang lain hanya satu. Di dalam tubuh karbohidrat kompleks seperti dalam roti atau nasi, harus diurai menjadi rantai tunggal dulu sebelum diserap ke dalam aliran darah. Sebaliknya, karbohidrat sederhana seperti es krim, jeli, selai, sirup, minuman ringan, dan permen, langsung masuk ke dalam aliran darah sehingga kadar gula darah langsung melejit. Dari sisi makanan penderita kencing manis lebih dianjurkan mengkonsumsi karbohidrat berserat seperti kacang-kacangan, sayuran, buah segar seperti pepaya, kedondong, apel, tomat, salak, semangka dll. Sedangkan buah-buahan yang terlalu manis seperti sawo, jeruk, nanas, rambutan, durian, nangka, anggur, tidak dianjurkan. Selain memperhatikan pola makan sehari-hari, penderita harus melakukan latihan fisik. Pada prinsipnya olahraga bagi penderita diabetes tidak berbeda dengan yang untuk orang sehat. Juga antara penderita baru atau pun lama. Olahraga itu terutama untuk membakar kalori tubuh, sehingga glukosa darah bisa terpakai untuk energi. Dengan demikian kadar gulanya bisa turun. Dengan rajin berolahraga ditambah mengatur menu makanan serta mengontrol kadar gula darah secara teratur, komplikasi akibat diabetes dapat dihindar
1.3 POLA DIET
a. Pola A dan B
Peneliti gizi asal Universitas Airlangga, Surabaya, Prof. Dr. Dr. H. Askandar Tjokroprawiro, menggolongkan diet atas dua bagian, A dan B. Diet B dengan komposisi 68% karbohidrat, 20% lemak, dan 12% protein, lebih cocok buat orang Indonesia dibandingkan dengan diet A yang terdiri atas 40 – 50% karbohidrat, 30 – 35% lemak dan 20 – 25% protein. Diet B selain mengandung karbohidrat lumayan tinggi, juga kaya serat dan rendah kolesterol. Sementara itu tingginya serat dalam sayuran jenis A(bayam, buncis, kacang panjang, jagung muda, labu siam, wortel, pare, nangka muda) ditambah sayuran jenis B (kembang kol, jamur segar, seledri, taoge, ketimun, gambas, cabai hijau, labu air, terung, tomat, sawi) akan menekan kenaikan kadar glukosa dan kolesterol darah.Bawang merah dan putih (berkhasiat 10 kali bawang merah)serta buncis baik sekali jika ditambahkan dalam diet diabetes karena secara bersama-sama dapat menurunkan kadar lemak darah dan glukosa darah. Penderita bisa mengikuti contoh susunan menu diet B untuk 2.100 kalori seperti pada Tabel. Diet B tinggi serat itu termasuk diet diabetes umum, yang tidak menderita komplikasi, tidak sedang berpuasa atau pun sedang hamil.

prinsip dasar diet diabetes, dengan pemberian kalori sesuai kebutuhan dasar. Untuk wanita, kebutuhan dasar adalah (Berat Badan Ideal x 25 kalori)ditambah 20% untuk aktivitas. Sedangkan untuk pria, (Berat Badan Ideal x 30 kalori) ditambah 20% untuk aktivitas. Untuk menentukan berat badan ideal (BBI) bisa diambil patokan: BBI = Tinggi Badan (cm) - 100 cm - 10%.
Contoh, seorang pria bertinggi badan 164 cm, berat badan 70 kg, maka BBI = 64 kg - 10% = 58 kg. Kebutuhan kalori dasar = 58 x 30 kalori = 1.740 kalori. Ditambah kalori aktivitas 20% = 2.088 kalori. Jadi, pria ini memerlukan diet sekitar 2.000 kalori sehari.
Prinsip makan selanjutnya adalah menghindari konsumsi gula dan makanan yang mengandung gula. Juga menghindari konsumsi hidrat arang olahan yakni hidrat arang hasil dari pabrik berupa tepung dengan segala produknya.
Yang perlu diperbanyak justru konsumsi serat dalam makanan, khususnya serat yang larut air seperti pektin (dalam apel), jenis kacang-kacangan, dan biji-bijian (bukan digoreng).Bila penderita juga mengalami gangguan pada ginjal, yang perlu diperhatikan adalah jumlah konsumsi protein. Umumnya, digunakan rumus 0,8 g protein per kilogram berat badan. Bila kadar kolesterol tinggi, disarankan melakukan diet rendah lemak. Bila tekanan darahnya tinggi, dianjurkan mengurangi konsumsi garam.Tabel di bawah ini yang menunjukkan contoh lima kelompok makanan: makanan pokok, lauk pauk, sayuran, makanan ringan/siap santap, buah-buahan, dan minuman.

Makanan dalam kelompok A bisa dibilang berkomposisi paling baik, karena mengandung serat dan atau rendah hidrat arang olahan serta rendah lemak. rendah atau tanpa serat, dan terlalu banyak lemak. Jadi, dianjurkan untuk memilih A atau B.

Di tabel ini diberikan pula contoh menu yang dapat diikuti
b. Pola 3J pola 3J: yakni jumlah kalori, jadwal makan, dan jenis makanan(diatur 3 faktor tersebut).Bagi penderita yang tidak mempunyai masalah dengan berat badan tentu lebih mudah untuk menghitung jumlah kalori sehari-hari. Caranya, berat badan dikalikan 30. Misalnya, orang dengan berat badan 50 kg, maka kebutuhan kalori dalam sehari adalah 1.500 (50 x 30). Kalau yang bersangkutan menjalankan olahraga, kebutuhan kalorinya pada hari berolahraga ditambah sekitar 300-an kalori. Jadwal makan pengidap diabetes dianjurkan lebih sering dengan porsi sedang. Maksudnya agar jumlah kalori merata sepanjang hari. Tujuannya agar beban kerja tubuh tidak terlampau berat dan produksi kelenjar ludah perut tidak terlalu mendadak. Di samping jadwal makan utama pagi, siang, dan malam, Yang perlu dibatasi adalah makanan berkalori tinggi seperti nasi, daging berlemak, jeroan, kuning telur. Juga makanan berlemak tinggi seperti es krim, ham, sosis, cake, coklat, dendeng, makanan gorengan. Sayuran berwarna hijau gelap dan jingga seperti wortel, buncis, bayam, caisim bisa dikonsumsi dalam jumlah lebih banyak, begitu pula dengan buah-buahan segar. Namun, perlu diperhatikan bila penderita menderita gangguan ginjal, konsumsi sayur-sayuran hijau dan makanan berprotein tinggi harus dibatasi agar tidak membebani kerja ginjal.

Rabu, 10 November 2010

pelayanan kesehatan di rumah pada klien dengan Penyakit Diabetes Melitus

Latar Belakang
Semakin banyaknya angka morbiditas dikalangan masyarakat khususnya masyarakat di
Indonesia mengakibatkan dituntutnya pelayanan kesehatan yang lebih bukan sekedar mengobati
dan merawat tetapi harus didukung program untuk melakukan tindakan promotif dan preventif.
Pemerintah menyadari tidak hanya program peningkatan pelayanan di Rumah Sakit saja yang
diutamakan tetapi harus meliputi kepada bagaimana perawatan pemulihan klien setelah kembali
dari Rumah Sakit.
Layanan homecare merupakan salah satu layanan kesehatan di rumah yang berupaya
dalam peningkatan status kesehatan klien. Dalam konteks ini, perawat sebagai salah satu tenaga
kesehatan, memiliki peranan penting dalam merawat dan membantu klien dan keluarga dalam
melakukan perawatan di rumah. Salah satu alasan perlu dilakukannya layanan Kesehatan di
Rumah adalah untuk membantu memampukan keluarga dalam merawat klien dan mengetahui
kondisi klien. Oleh karena itu diperlukan pendidikan kesehatan dalam melakukan homecare.
Salah satu masalah kesehatan yang perlu dilakukan layanan kesehatan di rumah adalah
pada klien dengan penyakit Diabetes Melitus. Perawatan yang diperlukan dapat meliputi seputar
perawatan luka bila pada klien terdapat luka gangren, pemeriksaan fisik, mengatur menu dan pola
makan yang tepat serta hal – hal lain yang diperlukan. Maka dari itu penulis dalam makalah ini
akan membahas mengenai layanan kesehatan di rumah yang diberikan pada klien dengan penyakit
DM.
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Mampu mengetahui mengenai layanan kesehatan di rumah pada klien dengan penyakit Diabetes
Melitus..
Tujuan Khusus :
Mampu mengetahui mengenai masalah yang terjadi pada klien dengan Penyakit Diabetes
Melitus
Mampu mengetahui mengenai layanan kesehatan di rumah.
Mampu mengetahui pelayanan kesehatan di rumah pada klien dengan Penyakit Diabetes
Melitus.

Metode Pengumpulan Data
Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan metode studi literatur.
Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga Bab :
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika
penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Terdiri dari beberapa materi mengenai penyakit Diabetes Melitus, Layanan kesehatan di rumah,
dan pelayanan kesehatan di rumah pada klien dengan Penyakit Diabetes Melitus
BAB III PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan.













BAB II
PEMBAHASAN
betes Melitus
Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda –
tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun
kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak
pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan
protein. ( Askandar, 2000). Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya
jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan
oleh infeksi. ( Askandar, 2001 ). Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah
kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau
besar ditungkai. ( Askandar, 2001).
Etiologi
Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan
insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada
mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu
Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta
melepas insulin.
Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat
menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, obesitas dan kehamilan.
Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai
pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel
penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap
insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir
terhadap insulin.
Gangren
Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetic dibagi menjadi
endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen : genetic, metabolic, angiopati diabetic, neuropati diabetic.
Faktor eksogen : trauma, infeksi, obat.
Klasifikasi
Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan
bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III: Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi 2 (dua) golongan:
Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati ( arterosklerosis
) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis. Gambaran klinis KDI :
Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
Pada perabaan terasa dingin.
Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
Didapatkan ulkus sampai gangren.
Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis di
jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh
darah kaki teraba baik.
Dampak Masalah
Pada Individu
Pola dan gaya hidup penderita akan berubah dengan adanya penyakit ini,
Gordon telah mengembangkan 11 pola fungsi kesehatan yang dapat digunakan untuk
mengetahui perubahan tersebut.
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki diabetuk sehingga
menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak
mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya
penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
Pola nutrisi dan metabolisme
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin
maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering
kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat
mempengaruhi status kesehatan penderita.
Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine (
glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
Pola tidur dan istirahat
Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah sakit yang
ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan
waktu tidur penderita mengalami perubahan.
Pola aktivitas dan latihan
Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai bawah menyebabkan
penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita
mudah mengalami kelelahan.
Pola hubungan dan peran
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan menarik
diri dari pergaulan.
Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga
tidak peka terhadap adanya trauma.
Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).
Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi seks, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi
dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya
karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah,
kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta
luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengaruhi pola ibadah penderita.
Pada Keluarga
Dengan adanya salah satu anggota keluarga yang sakit dan dirawat di rumah
sakit akan muncul bermacam –macam reaksi psikologis dari keluarga, karena masalah
kesehatan yang dialami oleh seorang anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota
keluarga. Waktu perawatan yang lama dan biaya yang banyak akan mempengaruhi keadaan
ekonomi keluarga dan perubahan peran pada keluarga karena salah satu anggota keluarga
tidak dapat menjalankan perannya.

anan Kesehatan Di Rumah
Layanan Homecare (Layanan Kesehatan Di Rumah)
Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah pelayanan
kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan
keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau
memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari
penyakit.
Pelayanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien atau keluarga yang direncanakan dan
dikoordinasi oleh pemberi pelayanan melalui staf yang diatur berdasarkan perjanjian bersama.
Sedangkan menurut Neis dan Mc Ewen (2001) menyatakan home health care adalah sistem
dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang
cacat atau orang-orang yang harus tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya.
Tujuan Layanan Kesehatan Di Rumah
Tujuan umum dari pelayanan kesehatan di rumah adalah untuk meningkatkan, mempertahankan
atau memaksimalkan tingkat kemandirian, dan meminimalkan akibat dari penyakit untuk
mencapai kemampuan individu secara optimal selama mungkin yang dilakukan secara
komprehensif dan berkesinambungan sedangkan tujuan khusus dari pelayanan home care adalah:
meningkatkan upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, mengurangi frekuensi hospitalisasi,
meningkatkan efisiensi waktu, biaya, tenaga, dan pikiran.
Manfaat pelayanan Kesehatan Di Rumah
Berbagai keuntungan dari pelayanan Kesehatan di Rumah bagi klien menurut Setyawati (2004)
antara lain:
Pelayanan akan lebih sempurna, holistik dan komprehensif
Pelayanan keperawatan mandiri bisa diaplikasikan dengan di bawah naungan legal dan etik
keperawatan
Kebutuhan klien akan dapat terpenuhi sehingga klien akan lebih nyaman dan puas dengan
asuhan keperawatan yang profesional
Bentuk pelayanan
Berbagai bentuk pelayanan home care yang dapat dilakukan di rumah. Tindakan tersebut antara
lain: pengukuran tanda-tanda vital; pemasangan atau penggantian selang lambung (NGT);
pemasangan atau penggantian kateter; pemasangan atau penggantian tube pernafasan; perawatan
luka dekubitus atau ulcer dan jenis luka lainnya; penghisapan lendir dengan atau tanpa mesin;
pemasangan peralatan oksigen; penyuntikan (IM, IV, Sub kutan); pemasangan atau penggantian
infus; pengambilan preparat laboratorium (urin, darah, tinja, dll); pemberian huknah; perawatan
kebersihan diri (mandi, keramas, dll); latihan atau exercise, fisioterapi, terapi wicara, dan
pelayanan terapi lainnya; transportasi klien; pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perawatan
kesehatan; konseling pada kasus-kasus khusus; konsultasi melalui telepon; memfasilitasi untuk
konsultasi ke dokter; menyiapkan menu makanan; menyiapkan dan membersihkan tempat tidur;
memfasilitasi terhadap kegiatan sosial atau mendampingi; memfasilitasi perbaikan sarana atau
kondisi kamar atau rumah.
Pemberi Layanan
Pelayanan kesehatan ini diberikan oleh para professional yang tergabung dalam tim home care.
Menurut Setyawati (2004) tim home care tersebut antara lain:
Kelompok profesional kesehatan, termasuk di dalamya adalah ners atau perawat
profesional, dokter, fisioterapis, ahli terapi kerja, ahli terapi wicara, ahli gizi, ahli
radiologi, laboratorium, dan psikolog.
Kelompok profesional non kesehatan, yaitu pegawai sosial dan rohaniawan atau ahli
agama.
Kelompok non profesional, yaitu nurse assistant yang bertugas sebagai pembantu yang
menunggu untuk melayani kebutuhan atau aktivitas sehari-hari dari klien. Kelompok ini
bekerja di bawah pengawasan dan petunjuk dari perawat.
Sedangkan menurut Allender (1997) pemberi pelayanan dalam home health care meliputi:
pelayanan keperawatan dapat diberikan oleh registered nurse, perawat vokasional,
pembantu dalam home health yang disupervisi oleh perawat;
suplemental therapiest meliputi terapi fisik, terapi wicara, terapi okupasional, dan terapi
rekreasi;
pelayanan pekerja sosial.

yanan kesehatan di Rumah pada Klien dengan Penyakit Diabetes Melitus
n yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dengan penyakit DM dapat merupakan
kan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun puskesmas . Namun klien dapat
sung menghubungi agensi pelayanan keperawatan di rumah atau praktek keperawatan perorangan
k memperoleh pelayanan. Mekanisme yang harus di lakukan adalah sebagai berikut:
Klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh dokter untuk
menentukan apakah secara medis layak untuk di rawat di rumah atau tidak.
Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di rumah, maka di
lakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan staf dari pengelola atau agensi
perawatan kesehatan dirumah, kemudian bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan
masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat kesepakatan mengenai
pelayanan apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan,
jenis peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.
Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan keperawatan dirumah
baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola
perawatan dirumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap
kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh koordinator
kasus.
Secara periodik koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan.
yanan kesehatan dirumah pada klien dengan penyakit Diabetes mellitus biasanya meliputi
akan sebagai berikut:
Pemeriksaan fisik dan tanda – tanda vital
Pemberian obat (insulin)
Perawatan luka gangren
Pendidikan kesehatan (diet pada klien Diabetes Melitus).
Dsb.